Bupati Kampar ke Lokasi Penyeberangan Murid SD yang Videonya Viral itu

Jan 14, 2022 - 01:54 WIB
Bupati Kampar ke Lokasi Penyeberangan Murid SD yang Videonya Viral itu

JarNas – Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto turun langsung ke lokasi penyeberangan murid Sekolah Dasar (SD) di Desa Kuntu Kecamatan Kampar Kiri yang videonya viral di media sosial itu.

Catur merasa penasaran setelah melihat video itu sebab aksi tiga murid SD No 011 Desa Kuntu Darusalalam itu mengundang banyak perhatian banyak orang. Mereka menyeberangi sungai dengan sebuah keranjang gantung untuk menuju ke sekolahnya mengenakan seragam merah putih.

Dia bersama Kadis PUR PR, Afdal dan Kepala Bapeda, Azwan, Kadisdikbud, M. Yasir, Camat Kampar Kiri, Marjanis, Kapolsek Kampar Kiri, Kompol Bambang Sugeng, Kepala Desa Kuntu, Asril Bakar, Kepala Desa Kuntu Darussalam, Mardalis, Ninik Mamak Kenegerian Kuntu langsung menuju lokasi tersebut untuk memastikan bagaimana sebenarnya kenyataan yang terjadi di Sungai Siantan Desa Kuntu Darussalam Kecamatan Kampar Kiri,  Jum’at (11/6/21).

Sesampai di lokasi, terjawablah rasa penasaran bupati itu, “Sudah saya duga pasti tidak seperti yang diberitakan di media sosial yang mengatakan hal ini kelalaian pemerintah daerah kampar serta juga bukan kemirisan yang dirasakan masyarakat Kuntu Darusalam”, ujarnya sambil menggelengkan kepala.

Dalam kenyataannya, Dt Rajo batuah yang melihat dan mengetahui langsung, bahwa vidio berdurasi 29 detik tiga bocah yang viral atas nama Dermi Zibua (11) tahun kelas III, Marpin (8) tajun kelas I dan Jerini Sarona Zibua kelas I dengan orang tua Eli Yudi Baruhu tersebut merupakan anak para pekerja kebun sawit bukan masyarakat tempatan yang tidak jauh dari lokasi penyeberangan.

Jumlah anak-anak sekolah yang melewati penyebrangan itu juga tidak banyak. Pekerja yang tidak menetap, mereka berasal dari Nias hidup di tepi sungai.

Camat Kampar Kiri menjelaskan bahwa keranjang yang digunakan oleh tiga bocah tersebut merupakan keranjang untuk melansir buah sawit ke seberang sungai. Data yang saya tahu saat ini, ada sekitar 20 orang yang tinggal di kampung itu. Sementara anak-anak yang sekolah ada sekitar tujuh anak, lima SD dan 2 diantaranya pelajar SMP.

Dijelaskannya jarak penyeberangan anak sungai itu diperkirakan 10 meter dengan kedalaman 40 cm dan jarak tempuh dari pemukiman mereka ke sekolah sekitar 2 km.

Sementara itu tokoh masyarakat sekaligus Ninik Mamak atau pemangku adat, Herizal bahwa sungai tersebut merupakan sungai kecil dan tidak dalam. Bahkan saat kemarau seperti saat ini, sepeda motor dan pejalan kaki bisa melewati sungai tersebut di banyak titik.

“Kalau musim hujan dan air dalam, mereka tidak lewat sana, biasanya orang tua mereka yang antar ke sekolah, nampak ada batu-batu di dasar sungai, sepeda motorpun dapat lewat sungai itu”. Penyeberangan buah sawit yang digunakan bocah itu bukan akses satu-satunya, tapi ada akses jalan dan jembatan agak memutar lebih kurang 10 KM dari kejadian bagi anak-anak yang tinggal di perkebunan sawit untuk pergi sekolah.

Dimana menilai video itu sengaja direkam untuk bersenang-senang, karena kondisi anak-anak itu pulang sekolah. Sementara ”caption” atau narasinya, didramatisir. ‘Sekali lagi video itu tidak sama persis dengan keadaan yang sebenarnya. Adapun pemilik perkebunan itu ada beberapa orang dan merupakan pengusaha bermarga Tionghoa. “Ada beberapa orang pemilik, bukan perusahaan.

Disisi lain, Kapolsek menjelaskan bahwa lokasi tersebut merupakan jalan atau lahan perkebunan sawit milik pribadi bukan akses jalan umum dan keranjang untuk menyeberang itu biasanya digunakan untuk melansir buah sawit milik pribadi.

Kemudin lanjutnya, akses jalan dan jembatan sudah tersedia tidak jauh dari pemukiman orang tuag dari tiga anak tersebut dan setiap hari anak  diantar oleh ayahnya. Jumlah pemukiman disana hanya sekitar 4 unit  perumahan pekerja kebun . (nty/jnn)