Kisah Istana Kerajaan Gunung Sahilan Kampar Riau

Bangunan Istana ini semua dindingnya terbuat dari kayu. Istana Gunung Sahilan tidak hanya memiliki keindahan bangunan yang bernuansa melayu yang kental, namun hawa magic juga hanya terasa kental. Didalam istana ini terdapat beberapa benda peninggalan Kerajaan Gunung Sahilan, diantaranya meriam kecil atau lelo (sebutan masyarakat tempatan), kendi, gong hitam, tombak, pedang juga payung kerajaan yang apabila dibuka diyakini masyarakat sekitar maka daerah gunung sahilan akan turun hujan, Tempat tidur raja yang terbuat dari besi, tombak kerajaan, keramik, lemari pakain kerajaan, dan lainnya. Kemudian ada sebuah guci yang pada musim kemarau akan terisi penuh, tapi ketika musim hujan gucinya kosong,
Istana Kerajaan Gunung Sahilan Kampar Riau (2016-03-15 15:24:19)
Daerah bekas Ibukota kerajaan Darussalam ini terdapat tujuh suku yang bermukim di sini. Yaitu Suku Domo, Suku Mandailing, Suku Petopang, Suku Piliang, Suku Melayu Koto, Suku Caniago, dan Suku Melayu. Keluarga istana pada umumnya berasal dari Suku Piliang.
Pada mulanya, Gunung Sahilan bernama Gunung Ibul. Nama Sahilan pada Gunung Sahilan , diambil dari nama salah satu Sultan Gunung Sahilan yang berdarah Tionghoa yang berasal dari negeri Tiongkok
Di masa Gunung Ibul, atau Kerajaan Gunung Sahilan Jilid I, masyarakat masih beragama Budha, dibuktikan dengan bekas-bekas kandang babi dan tapak-tapak benteng. Beberapa keturunan raja terakhir, Tengku Yang Dipertuan (TYD) atau lebih sering disebut Tengku Sulung (1930-1941) seperti Tengku Rahmad Ali dan Utama Warman, kerajaan Gunung Sahilan Jilid I diawali dengan Kerajaan Gunung Ibul yang merupakan kerajaan kecil. Menurut penuturan nenek moyang dan orang tua mereka, Kerajaan Gunung Ibul ada setelah runtuhnya kerajaan Sriwijaya. (*)