Sarjana Teknik Itu Buka Warung Bale Rasa Lombok

Jan 14, 2022 - 18:29
 0  339
Sarjana Teknik Itu Buka Warung Bale Rasa Lombok

JarNas – Gara-gara pandemi mewabah di dunia bahkan di seluruh nusantara selama hampir dua tahun, membuat semua sendi kehidupan rusak parah. Banyak yang jadi pengangguran akibat kehilangan pekerjaan karena pengurangan tenaga kerja di hampir semua perusahaan.

Tidak sedikit pula yang banting setir karena usaha atau pekerjaan yang digeluti selama ini sudah tidak menjanjikan lagi bahkan tidak dilirik sama sekali oleh orang lain. Untuk makan saja susah apalagi untuk kebutuhan sekunder yang bisa disingkirkan dulu.

Dalam kondisi seperti sekarang ini, jangan bermimpi menjadi pengusaha sukses, karena mata rantai perekonomian itu tercipta dari kondisi sosial dan tingkat ekonomi masyarakat yang ada. Dimana-mana tempat usaha banyak yang gulung tikar, tidak mampu lagi beroperasi, toko-toko, kafe, warung-warung dan rumah makan tutup tersebab pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang, biaya operasional tinggi karena daya beli masyarakat jauh menukik, semua gigit jari.

Awal terjadinya pandemi covid-19, pemerintah memberlakukan kebijakan lockdown alias “Di rumah saja”, bekerja dan belajar di rumah, belanjapun system online sehingga membuat semuanya menjadi lebih kreatif dan banyak nilai positif. Solusi terbaik hanyalah mengasah kemampuan lain yang dapat menghasilkan uang dengan modal yang tidak terlalu banyak dengan berwirausaha, memanfaatkan rumah tempat tinggal menjadi tempat usaha.

Dampak itu sangat dirasakan oleh Eti Gustiawati, alumni Fakultas Teknik Sipil Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur ini.  Eti panggilan sehari-hari perempuan kelahiran Pasuruan pada 24 Agustus 1973 ini merasakan kebingungan apa yang hendak dibuat untuk mendapatkan uang agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama dua orang anak dan suaminya. Apalagi pekerjaan suaminya, Bambang Kusyanto, alumni Faterna Unram (Universitas Mataram) sebagai musisi dan punya usaha Event Organizer (penyelenggara acara) sedang sepi orderan akibat pembatasan sosial,  tidak boleh mengadakan kegiatan yang mengundang kerumunan.

“Sebulan, dua bulan kami bisa menjalani dan hidup dari uang tabungan, tapi selanjutnya tabungan kami pun menipis untuk biaya operasional kantor seperti bayar listrik, rekening air dan beberapa gaji pegawai yang masih tersisa setelah beberapa pegawai dirumahkan”, ujar anak Soemijati dan Letkol Toegino Dariman (alm) perwira Kodam V Brawijaya ini pada Senin (5/7/2021).

Selama di rumah saja, mau tidak mau ia terus berurusan dengan dapur, masak memasak, meski dia mengakui tidak ada keahlian di bidang itu, hanya masak untuk santapan keluarga di rumah ala kadarnya.

Iseng, itulah yang dilakukan cewek tomboy pecinta alam ini, dia memanfaatkan media sosial facebook mengunggah hasil karya masakan ala rumahan itu. Ternyata banyak mendapatkan tanggapan dari pembaca dan berbagai komentar yang membuatnya jadi berpikir untuk memulai usahanya di bidang kuliner.

“Sebelumnya aku cuma iseng momposting makanan yang aku masak, lalu banyak yang komentar untuk memesan masakanku. Kemudian muncul ide pertamaku jualan makanan khas nusantara, nasi gudeg, ayam betutu yang jarang ada”, ujarnya sambil terkekeh.

Dia sendiri tidak begitu yakin akan bisa membuka usaha kuliner, karena menurutnya pengetahun tentang masak memasak sangat minim, namun dia berupaya terus belajar, “Saya tidak punya keahlian bidang kuliner, alhamdulillah Allah selalu memberikan saya kemudahan walaupun awalnya agak berat”, akunya.

“Inilah hikmah di balik pandemi”. Kalimat itu menginspirasi keyakinannya, ada nilai positif jika selalu berpikir positif, maka hasilnya juga positif. Pandemi buat saya dan keluarga harus keluar dari zona nyaman. Tidak mudah buat saya dan anak-anak untuk menjalani ini semua”, katanya yang saat ini sudah menjadi warga Comp. Telaga Kembar Gunung Sari Lombok merantau dari Surabaya karena ikut suami.

Lalu dia mulai serius berpikir memutar otak bagaimana caranya dapat tetap bertahan hidup memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dia melontarkan kepada sang suami dan anak-anaknya tentang apa yang ada dalam benaknya. Idenya itu disambut baik sang suami, mereka berdiskusi untuk memulai usaha keluarga.

Ia memulai usahanya dari nol, hanya modal keyakinan saja, diawali dengan usaha online dengan menu ayam betutu, gudeg Yogya, empal dan ayam gepuk. Promosi dan pemasaran produk andalannya itu melalui whatsApp ke teman-temannya dan mendapatkan respon.

Latar belakang sang suami sebagai musisi turut mendukung jualan online-nya ini semakin berkembang apalagi semasa pandemi para musisi sering nongkrong dan mejadikan rumahnya sebagai basecamp anak-anak musisi Lombok berkumpul, walaupun hanya sekedar bermain gitar sambil bernyanyi hingga dibentuk Kelompok Musik Online. Kondisi ini memunculkan gagasan baginya memanfaatkan rumah mereka sebagai tempat jualan dengan pertimbangan sarana yang ada di rumah cukup mendukung, mulai proferti, sound, dan musisi sudah ada dan banyak barang-barang usaha suaminya itu yang nganggur.

Alhasil mereka memutuskan untuk membuka usaha kuliner bernama “Warung Bale Rasa” yang artinya Rumah Rasa, karena banyak rasa bakal didapat di warung ini dengan menu masakan nusantara dan para pengunjung dihibur dengan live music. Kerjasama yang baik, suami musisi tugasnya menghibur alias ngamen intlek sekaligus sebagai pemasaran. Anaknya juga diberi tugas untuk bagian minuman dan membuat kopi.

Usaha mereka semakin maju, awalnya hanya buka warung seminggu tiga kali, namun karena banyak respon akhirnya buka setiap hari dengan hiburan live music. Sambil terus berupaya menawarkan berbagai macam menu secara pribadi lewat WA antar teman, akhirnya banyak pengunjung yang datang. Disini orang bisa menyalurkan bakatnya main musik dan mereka bisa bernyanyi.

Setahun sudah warung Bale Rasa ini berdiri, kian hari makin banyak pengemar warung masakan khas nusantara itu. Bukan saja bisa bertahan hidup bagi perempuan blasteran Pontianak dan Sunda dan keluarganya ini, lebih dari itu dari hasil kerja keras bisa mempekerjakan anak-anak lingkungan sekitar bahkan saudara kandungnya sendiri turut membantu mengembangkan usahanya yang juga digaji. Dia selalu berdoa semoga Allah memberikan kemudahan rejeki buat mereka lewat kerja kerasnya itu.

“Banyak hikmah yang terpetik dari pandemi ini, anak-anakku yang biasa berada di zona nyaman, akhirnya mereka sudah terbiasa dengan keadaan sekarang, mereka harus berjuang juga agar bisa punya uang sendiri, kadang harus ngamen walau di warung sendiri. Saya semakin yakin bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan bila kita mau berusaha, semoga semakin sukses kedepannya dan Allah ridho dengan usaha saya ini,” tuturnya.

Dalam memenuhi kebutuhan usahanya itu, Eti tidak lupa menerapkan prinsipnya bekerja dan beribadah, kadang dia berbelanja di lingkungan sekitar dengan tujuan agar mereka juga merasakan rezeki yang diperolehnya, walaupun agak mahal sedikit dari pasaran, “Semoga apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat buat banyak orang lain, aamiin”, ujarnya.

Kendati demikian, kadang mereka masih merasakan berat, setiap awal bulan pusing bagaimana harus membayar gaji karyawan dan biaya operasional lainnya, “Alhamdulillah ada saja jalannya, pada awalnya saya hanya bisa menggaji 2 karyawan dan bertambah menjadi 5 orang, saya hanya berharap kepada Allah, semoga warungku ramai terus, karena dibelakangku banyak yang harus saya tanggung, mereka membutuhkan untuk bertahan hidup”, ucapnya.

Ada sebuah kata bijak yang membuatnya bersemangat, “Kesuksesan itu bukan milik orang pintar, tetapi kesuksesan itu milik orang yang senantiasa mau berusaha, man jadda wajadah “, ucapnya. (nty/jnn).

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow