Kelor Kampar Siap Mendunia

JarNas- Nama kelor tidak asing di telinga. Jenis tanaman ini ada dimana-mana. Selain mudah ditanam, tumbuhan ini banyak sekali mengandung manfaat bagi kesehatan setelah diteliti oleh ahlinya.
Tidak salah jika masyarakat mulai menggemari tanaman ini agar tumbuh subur di setiap jengkal tanah yang ada. Apalagi di pedesaan bisa berfungsi menjadi pagar rumah dan tak kalah menariknya tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan untuk menambah penghasilan keluarga.
Salah satunya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dapur Aru bersama kelompok wanita tani di Desa Salo Timur Kecamatan Salo Kabupaten Kampar binaan dari PLN UIP Sumbagteng dan Balai Penerapan Standar dan Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Kuok berhasil mengembangkan produk daun kelor.
Ketua UMKM Dapur Aru Nurhidayah Sari, M.Pd., adalah salah seorang warga Desa Salo Timur yang getol mengembangkan dan memanfaatkan daun kelor ini menjadi tumbuhan bernilai ekonomis. Perempuan lulusan Bahasa Inggris Universitas Pakuan Bogor dan alumni pascs sarjana Bahasa Inggris Universitas Negeri Padang ini, bersama suaminya Opik Taufik Akbar, S. Hut berhasil membawa nama Kabupaten Kampar hingga ke luar negeri.
Ia memulai usaha ini sejak 2021, ketika itu sang suami yang berprofesi sebagai peneliti di BPSILHK Kuok ini mencoba berdiskusi bagaimana hasil penelitian suaminya ini dapat berkembang, bermanfaat dan dikenal oleh masyarakat.
“Bagaimana kalau produk hasil penelitian ini kita pajang diluar, jangan hanya dipajang digerai ini saja,” kata dia kepada sang suami.
Atas ide itu, sang suami menyetujui, lalu dikembangkan dalam bentuk lain. Awalnya hanya produk teh kelor tubruk, teh kelor celup dan tepung kelor yang diletakkan di galeri inovasi Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPPTSTH) yang sekarang berganti nama BPSILHK Kuok.
Dengan latar belakang suami sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Balai Penerapan Standar dan Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Kuok ini usaha daun kelor menjadi berkembang.
Selain tiga produk itu, suami Sari ini sudah membuat produk-produk diversifikasi kelor lainnya, seperti shampoo, lulur dan sabun, tapi hanya di galeri saja.
Ibu tiga orang anak kelahiran Bangkinang 27 Oktober 1988 ini semakin bersemangat, ia mencoba berkonsultasi dengan berbagai pihak, yang pada akhirnya dari kelompok wanita tani ini membentuk kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bernama Dapur Aru.
Upanya tidak sampai disitu, Sari panggilan akrab Ketua UMKM Dapur Aru ini bersama 20 orang anggotanya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan BPSILHK atas CSR PLN peduli UIP Sumbagteng dalam mendukung program Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kampar Ocu Mapan.
Kemudian Kelompok Usaha Kelor Mapan ini membuat dalam satu brand Keloros Dapur Aru. Ragam produk juga bertambah dengan membuat cokelat, cookies, stik kelor, sabun kelor dan minyak biji kelor.
“Alhamdulillah dengan tujuan mengembangkan program Ocu Mapan dari Dinas Ketahanan Pangan bisa mengembangkan program ketahanan pangan dan membantu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui UMKM ini,” jelasnya.
Sari panggilan akrabnya ini menceritakan saat usaha bersama suaminya ini bisa dikenal sampai ke luar daerah. Ia mulai bergabung dengan organisasi seperti IPEMI, mengikuti kegiatan Dinas Pertanian Kampar dan Asosiasi Moringga sampai ke Bali.
“Ada yang unik dari kelor Kampar, yakni mereka ada Kelompok Wanita Tani (KWT),” kata Sari mengulang apa yang disampaikan oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ir. Dedi Junaedi, MSc dalam kegiatan Business Matching dan Pengembangan Pasar Indonesia di Bali beberapa waktu lalu.
Saat itu juga Ketua Pokja IIII TP PKK Kampar Ema Liza diundang kementerian pertanian untuk hadir dalam kegiatan itu dengan menerapkan pemanfaatan pekarangan rumah menanam kelor.
Dari pengembangan usaha ini setiap bulannya sudah menghasilkan omset kisaran Rp1–20 juta per bulan dan saat ini tengah dipersiapkan Rumah Produksi di Desa Salo Timur Kecamatan Salo Kabupaten Kampar yang akan dilaunching oleh Penjabat Bupati Kampar, Kamsol.
Nama UMKM Dapur Aru ini mulai dikenal masyarakat Kampar ketika mereka bertemu Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya dan Penjabat Bupati Kampar Kamsol pada 8 Agustus lalu, “Alhamdulillah diberi kesempatan bertemu dengan bapak Penjabat Bupati Kampar Kamsol, terima kasih atas supportnya, kami sangat bersyukur bapak mendukung budidaya kelor dan pengolahan kelor di Kabupaten Kampar,” ujarnya.
Dia menyampaikan sebuah pepatah, “Dunia tidak selebar daun kelor, namun kelor Kampar siap mendunia. Semoga harapan dan impian kelompok wanita tani dan kelompok pengolah kelor di Kabupaten Kampar menjadi kenyataan, Aamiin,” ujarnya. (nty/jnn)
What's Your Reaction?






