Suhermi Beberkan Sejumlah Pembangunan Kawasan Konservasi di Kampar yang Terhenti

JarNas – Asisten II Setdakab Kampar, Suhermi membeberkan sejumlah pembangunan kawasan konservasi Rimba Baling Kecamatan Kampar Kiri Hulu yang terhenti karena pengurangan anggaran untuk penanganan pandemi covid-19.
Diantaranya, sisa jalan sepanjang 20 KM dari panjang 46 KM dengan lebar 1,5 meter penghubung sembilan desa, pembangunan 21 jembatan dan jaringan listrik enam desa serta pembuatan lembaga adat.
“Pembangunan jalan sepanjang 46 KM selebar1,5 meter itu, saat ini memang terhenti sampai 20 KM disebabkan oleh pengalihan anggaran penanganan pandemi covid-19 dengan dilakukannya refocusing anggaran atau pemotongan anggaran, namun itu akan segera dilanjutkan, kata Asisten II, Suhermi mewakili Bupati, H Catur Sugeng Susanto saat memimpin rapat percepatan pembangunan kawasan itu di ruang rapat lantai III kantor Bupati Kampar, Kamis, (8/7/21).
Bukan saja itu, ada 21 jembatan memakan anggaran Rp4,7 miliar kerjasama dengan BBKSDA Riau masih terbengkalai termasuk pembangunan jaringan listrik Desa Tanjung Belit sampai Pangakalan Serai sepanjang 30 KM, sebanyak 1.056 tiang, sampai saat ini baru terpasang 824 batang disebabkan sulitnya moda transportasi material ke lokasi.
Dia menjelaskan bahwa sembilan desa di kawasan konservasi dalam pembangunan jaringan listrik adalah Desa Tanjung Belit, Muara Bio, Batu Sanggan, Tanjung Beringin, Aur Kuning, Gajah Bertalut, Terusan, Subanyang Jaya, serta Desa Pangkalan Serai. Kemudian juga pembuatan lembaga adat kelestarian lingkungan masuk dalam program BKSDA Riau.
Sementara itu Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau, Suharyono yang hadir disana menyampaikan bahwa hal ini sebelumnya telah dilakukan MoU kerjasama antara BKSDA Riau dengan pemerintah Kabupaten Kampar di ruang Rapat Dirjend KSDA gedung Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Dalam kerjasama tersebut, dia mengharapkan semoga ini bisa menambah serta meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup melalui ekowisata dan kearifan lokal yang ada dan menjadi daya tarik tersendiri tanpa perusakan hutan dan lahan konservasi itu sendiri.
Hanya saja sampai saat ini rencana tersebut mengalami kendala akibat pandemi covid-19, di BBKSDA sendiri juga mengalami refocusing dalam jumlah besar. Sehingga banyak hal yang tidak bisa berjalan dengan semestinya termasuk percepatan pembangunan jalan ini.
“Kita berharap semoga covid-19 bisa berakhir dan kita bisa berencana serta berbuat lebih baik lagi untuk pembangunan daerah”, kata dia.(nty/jnn)
What's Your Reaction?






