Korban PELAKOR dan PEBINOR Minta Pelaku Diberi Sangsi Tegas

Jan 20, 2023 - 18:39 WIB
Korban PELAKOR dan PEBINOR Minta Pelaku Diberi Sangsi Tegas

JarNas – Mencuatnya kasus perselingkuhan di kalangan pemerintah Kabupaten Kampar mengundang berbagai reaksi para korban Perebut Laki Orang (PELAKOR) dan Perebut Bini Orang (PEBINOR).

Mereka yang ditemui tidak ingin diketahui identitasnya, masih merasa malu mempublish apa yang dialami. Hanya saja mereka menyampaikan harapannya agar para pelaku diberi sangsi tegas.

“Memang betul begitu adanya, tapi tetap saja, tidak ada sangsi sosial terhadap mereka baik dari atasan ataupun dari pasangan masing-masing,” ujar salah seorang warga Bangkinang Kota yang sangat sepakat kasus perselingkuhan ini diberantas habis.

Hal itu menurutnya membuat masyarakat akhirnya cuek dan tidak peduli. Semoga dengan diangkatnya persoalan ini ke permukaan bisa menjadi pembuka jalan dan jadi pelajaran bagi semua pelakor dan pebinor.

Dia berharap agar masyarakat juga sadar bahwa ini merupakan perbuatan dosa dan perlu keterbukaan dalam mengungkap persoalan ini. Selain itu perlu ketegasan dari pemimpin untuk menindak permasalahan ini, beri sangsi tegas.

“Kita perlu mengedukasi tentang ini, karena banyak pasangan yang malah terkesan menyembunyikannya dari pada mempublish. Takut aib rumah tangga diketahui khalayak ramai,” ujarnya.

Selain itu terkadang orang malas bicara karena tidak mau dianggap ikut campur masalah rumah tangga orang, “Suami atau istri mereka aja cuek dan gak peduli, ngapa pula orang lain sibuk. Mindset seperti itu yang harus kita rubah,” ujarnya.

“Nah… Akan lebih bagus edukasi lebih ke pasangan, kalau pasangannya selingkuh. Mereka yang harus membongkarnya, biar pezinah dapat sanksi sosial dan percuma kalau pasangan yang diselingkuhi itu gak lapor,” kata dia.

Sejumlah pendapat lain menyebutkan, “Semoga keluarga kita, sanak saudara kita terhindar dari hal-hal seperti ini,” kata mereka.

Ada juga yang beranggapan apatis meski pasangan mereka berbuat demikian dan hidupnya juga menjadi tidak harmonis, “Tidak ada harapan,” katanya singkat.

Selain itu ada sikap sang istri malah pasrah demi anak-anak mereka yang masih membutuhkan biaya karena ketergantungan hidup kepada sang suami. Dibalik kelemahan itu sang suami merasa besar kepala dan semakin menjadi-jadi.

“Sudah capek liat kelakuan suami, sudah dilarang ya, dia masih juga diam-diam terus berkomunikasi dengan selingkuhannya,” ujar pasangan lain.

Pendapat lain, ada yang merasa ketakutan akan mendapat akibat dari keterusterangannya, namun yang sangat miris anak-anak mereka menjadi trauma karena perlakuan sang ayah yang selalu bersikap atau berkata kasar kepada sang ibu, bahkan ada anak dari mereka yang laki-laki sudah timbul rasa dendam dengan apa yang terjadi terhadap orangtuanya.

Rasa dendam itu dibuktikan dengan kata-kata polos yang terucap dari si anak, “Awas kalau ayah berbuat jahat kepada ibu lagi, akan saya bunuh,” kata si anak.

Kemudian, kasus lain menimpa sang anak terpaksa harus diungsikan ke tempat orang tua mereka, sementara mereka sudah berpisah rumah dan sang suami yang ditinggal oleh sang istri berselingkuh sudah menikah lagi sedangkan sang istri asyik berselingkuh dengan pasangannya. Tidak jelas apakah mereka sudah menikah sirih atau belum.

Semoga kita semua terhindar dari peristiwa yang demikian. Amin ya rabbal Alamin. (nty/jnn).