Bupati Siak Kunjungi Rumah Anyaman Kelompok Srikandi Taruna Minas Timur

JarNas – Bupati Siak Alfedri mengunjungi Rumah Produksi Anyaman Lidi Kelapa Sawit milik kelompok wanita Tani Karya Srikandi Taruna Kampung Minas Timur Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Jumat (11/3/222).
Pada kunjungan itu Bupati sempat menganyam lidi yang di pandu salah seorang perajin Siska sambil mengatakan bahwa dia sangat bersyukur melihat potensi kreativitas kaum ibu.
Ini merupakan rangkaian program bujang kampung di Kecamatan Minas.
”Alhamdulillah, hari ini kita melihat kreatifitas ibu-ibu rumah tangga, yang memanfaatkan pelepah sawit menjadi kerajinan bernilai ekonomis,ini mantap,” ujarnya.
Dia menjelaskan, bahan baku anyaman ini sangat mudah di temui, pelepah kelapa sawit yang tua usai di panen dibuang saja oleh pemiliknya.
Dari pelepah sawit itu bisa mendatangkan manfaat menjadi beragam kerajinan, seperti piring, nampan, tempat buah, tempat minuman gelas dan kerajinan lainnya yang dapat membantu perekonomian warga kampung.
“Semua itu di produksi dan tinggal mencari pasar atau pembelinya, kalau seperti ini bisa menghasilkan uang sehingga bisa membantu ekonomi keluarga, apa lagi di tengah Pendemi Covid-19,” kata dia.
Ketua kelompok Wanita Tani Karya Srikandi Taruna Kampung Minas Timur Nimar 45 merasa senang rumahnya di kunjungi Bupati Siak.
”Inilah produk rumahan, kami perajin jumlahnya 9 orang. Alhamdulillah kalau order ada saja, ini yang belum siap 50 buah sudah pesanan orang,” ujarnya menjelaskan kepada bupati.
Saat ditanyakan produk ini bisa di dapatkan dimana saja, Nimar menjawab pelanggan tetap ada di Pekanbaru, selain itu juga bisa di dapat di pasar Minas.
“Produk kami tidak di jual online, Tidak juga di jual atau ikut pameran di Siak, tapi orang dari luar banyak yang pesan. Seperti kemarin, rumah industri kami mendapat kunjungan dari Universitas Bogor, dan mereka membawa pulang, sekaligus membantu memasarkan di sana,” terangnya.
Hanya saja kata Nimar, ia mengeluhkan jika pesanan banyak tidak bisa menyelesaikan tepat waktu, dikarenakan meraut lidi masih manual.
”Kendala kami mesin peraut tidak punya, masih di raut pakai pisau, Kalau 30 piring lidi aja, itu kami meraut lidinya membutuhkan waktu 5 hari. Sementara menganyamnnya hanya butuh waktu sehari semalam saja, cepat,” ujarnya.
Usaha yang ia jalani bersama delapan temannya sudah berlangsung selama empat tahun. Sudah banyak pesanan yang ia selesaikan. (nty/jnn)