Dari Bau Busuk Jadi Bau Duit

SALAH satu program yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) sejak 2012 yang dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi yang tujuannya untuk memberikan alternative bagi masyarakat sebagai pengganti LPG yang ramah lingkungan.
Program ini juga dilaksanakan oleh Pertamina Grup dan salah satunya PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang beroperasi di wilayah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Sejak 2022 perusahaan perminyakan ini telah sukses membina masyarakat menjadi Desa Energi Berdikari (DEB). Mereka telah memperkenalkan kepada masyarakat untuk menggunakan sumber energi alternative ini ke rumah-rumah warga. Sebagai desa percontohan dilakukan di Desa Mukti Sari yang hingga sekarang sudah berjalan pada 8 rumah tangga dengan fasilitasi sebanyak 8 unit reaktor biogas dan 1 unit dibangun di Palas, Rumbai Pekanbaru.
Desa Energi Berdikari dengan penerapan teknologi yang salah satunya pemanfaatan kotoran sapi ini merupakan program dibangun untuk masyarakat dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) dalam mewaspadai krisis energi yang melanda dunia.
“Alhamdulillah program yang menjadi tagline atau unggulan yang diluncurkan oleh Pertamina Grup ini berjalan dengan baik atas dukungan kepala desa, Ketua Kelompok Desa Energi Berdikari Sudarman juga dari Dinas Peternakan Kabupaten Kampar sehingga ini dapat diterapkan di desa ini,” kata Sr Analyst Performance Delly Paramita saat kunjungan ke rumah Sudarman bersama tim manajemen PHR lainnya, Analyst Media and Communication Ray Jordan, Sr Analyst Media and Communication Yulia Rintawati, Analyst Communication Riyan Nofitra, Supervisor Desa Energi Berdikari Irfan, dari Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Gaul yang dihadiri sejumlah wartawan dari berbagai media pada Rabu (5/7/2023).
Tujuannya tidak lain untuk mendorong kemandirian energi di daerah-daerah operasi Pertamina. Tidak saja pada hulu migas tetapi juga pada hilirnya dilakukan dengan berbagai pendekatan atau intervensi kepada masyarakat.
Pihak PHR menerapkan reaktor biogas yang menggunakan sisa kotoran sapi sebagai sumber energi yang menghasilkan biogas. Awalnya dilakukan intervensi dengan budidaya sapi kepada kelompok tani namun untuk memberikan nilai manfaat dari sapi itu dimanfaatkan dengan supply reaktor yang harus disumbangkan secara berkesinambungan dan dipilihnya desa ini berdekatan dengan fasilitas utama PT PHR. CSR diberikan untuk lokasi-lokasi beroperasinya perusahaan Pertamina dalam skala rumah tangga bukan untuk industri.
Tahap awal memfasilitasi 8 unit reaktor biogas. Dari 8 unit itu sejak 2022 sudah menghasilkan 20 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) gas methan (buangan) dan setidaknya 2-3 kg yang dikonversi dan dikelola untuk masak sehai-hari sudah dimanfaatkan masyarakat. Dengan kesuksesan ini maka pada tahap kedua 2023 akan ditambah kembali bangunan reaktor biogas sebanyak 12 unit untuk desa ini juga.
Bukan itu saja, ke depan yang akan dikembangkan oleh PHR ini adalah untuk pengadaan pupuk padat dan juga menghasilkan bio slurry pupuk kandang atau pupuk alami yang dapat menggemburkan tanah keras secara mandiri dikelola oleh kelompok yang akan digunakan kembali untuk pertanian sawit dan ada juga digunakan untuk budidaya papaya.
Tantangan yang Dihadapi
Dalam menerapkan program ini, pihak PT PHR tidak berjalan mulus. Ada sejumlah anggapan masyarakat sumber energi yang bersih ini tidak begitu bersih karena diolah dari kotoran sapi, setelah melihat sendiri gas yang dihasilkan tidak berbau dan tidak menimbulkan polusi udara, pemahaman itu dapat berubah seiring waktu.
“Awalnya memang sulit, perubahan pandangan masyarakat yang menolak akan berubah dengan sendirinya, perlu penguatan kelompok, harus solid dan harus mengenal dan mengetahui aturan dan sumbangsih masing-masing, Alhamdulillah didukung penuh oleh kades, kelompok dan dinas kabupaten Kampar,” kata Delly Paramita.
Kepala Desa Mukti Sari Maryono mengaku sangat senang dengan berjalannya program dari PT PHR ini, “Kami sangat berterima kasih dan sangat merespon juga mendukung, program CSR banyak manfaatnya dan ini luar biasa apa yang dilakukan PHR ini sudah menjadi kenyataan dan dampaknya kepada masyarakat, limbah yang kotor dimanfaatkan untuk menghemat pengeluaran masyarakat karena tidak harus membeli LPG lagi hanya untuk memasak, alhamdulillah sudah banyak yang menggunakan biogas ini,” katanya.
Bahkan ia sangat berharap untuk ke depan akan dikembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) salah satunya adalah budidaya bawang dayak, produk andalan desa ini yang sudah ikut pameran.
“Awalnya muncul respon masyarakat karena adanya harga pupuk yang sangat tinggi, maka dengan adanya program PHR ini masyarakat merasakan manfaat yang besar, maka kami butuh dukungan untuk pembinaan UMKM,” ujarnya.
Diakuinya, tidak semua masyarakat dapat menerima program ini, akan tetapi setelah mendapatkan pemahaman yang lebih jauh. Berangsur-angsur masyarakat menyadari dan mengikuti.
“Ada yang beranggapan itu najis, itu berbau dan merusak atau tidak baik dan berbagai macam pandangan lainnya,” ujarnya.
Pembina Kelompok Peternak dari Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Gaul juga sangat merespon apa yang dilakukan pihak PT PHR ini. “Dengan memelihara sapi bukan saja memberikan manfaat untuk penggemukan, tetapi sampai ke kotorannya pun dimanfaatkan untuk sumber energi dan pembangkit tenaga listrik atau penerangan yang dapat memberikan manfaat 25 persen lebih hemat, bio slurry yang dihasilkan dari urine sapi dibuat untuk pupuk tanaman yang sangat bagus,” kata dia.
Salah satu contoh adanya kebun pepaya yang memanfaatkan bio slurry ini hasilnya sangat baik, rasanya manis dan telah masuk ke pasar di Pekanbaru. Kemudian jika disiram ke tanaman cabai dengan pupuk itu, cabai tidak keriting bahkan tumbuh subur.
Proses Reaktor Biogas
Dalam kunjungan yang dilakukan ke rumah-rumah warga yang telah memanfaatkan biogas itu. Supervisor Desa Energi Berdikari Irfan memaparkan dengan rinci bagaimana proses reaktor biogas itu bekerja hingga menghasilkan sumber energi bagi rumah tangga.
Proses awal dari kotoran enam ekor sapi dimasukkan ke dalam inlet yang ditanam dalam tanah sedalam 2 meter berkapasitas 12-16 kubik yang letaknya tidak jauh dari buangan kotoran sapi dalam kandang. Kemudian diputar dengan mixer hingga lembut jadi bubur dicampur air 60-70 liter. Semakin lembut maka proses fermentasinya bagus. Proses pengolahan kotoran itu pada tahap awal setidaknya 15 hari baru bisa menghasilkan gas methan (gas yang dapat menyebabkan tanam layu). Pengisian bahan biogas diisi setiap hari
Setelah itu disalurkan ke tangki yang jaraknya hanya sekitar 1 meter di atasnya diberi tutup dan panel kran dan disalurkan gasnya ke dalam tangki pembuangan yang selanjutnya disalurkan dengan pipa PVC ke rumah untuk dialirkan ke kompor gas dan lampu. Sisa pengolahan bahan biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang atau pupuk organic.
Fungsi dari reaktor biogas ini adalah untuk mengubah kotoran binatang atau kotoran manusia menjadi biogas. Biogas ini adalah gas yang mudah terbakar karena mengandung methane dan ini sangat ramah lingkungan karena pemanfaatannya melalui proses fermentasi di tempat tertutup (tidak ada udara). Biogas berasal dari kotoran hewan dan manusia, sampah organik juga limbah cair.
Biogas ini merupakan salah satu bentuk alternatif sumber energi. Limbah yang biasanya dibuang, maka setelah digunakan sebagai sumber energi terbarukan untuk memasak dan penerangan memenuhi kebutuhan sehari-hari, sisanya digunakan untuk pupuk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman juga dapat dijual dan menghasilkan uang sebagai tambahan pendapatan keluarga. Selain itu mengatasi persoalan-persoalan lingkungan, mengurangi emisi gas rumah kaca, jumlah sampah, polusi udara, air, dan tanah.
Najis Atau Tidak?
Menjawab asumsi masyarakat yang belum menerima untuk penerapan pemanfaatan energy terbarukan yang ramah lingkungan itu najis atau tidak, maka dapat dikutip dari laman https//:tebuireng.online disebutkan menurut madzhab Maliki dan Hanbali, hewan yang dagingnya halal dimakan (seperti ayam, kambing, sapi), kotorannya tidak dihukumi najis. Berarti ketika kotoran tersebut dikonversi dalam bentuk biogas, hukumnya juga tidak najis.
Memanfaatkan kotoran hewan atau manusia untuk hal-hal yang bermanfaat hukumnya boleh (mubah). Sama seperti memanfaatkan kotoran hewan/manusia untuk kesuburan tanah (dibuat pupuk kandang, dll).
Dari Bau Busuk Jadi Bau Duit
Jika sebelumnya, kotoran ternak itu menyebar bau dan menyebabkan polusi udara menjadi tidak sedap, maka dengan memanfaatkan ini. Sekarang mereka merasakan manfaat besar seperti yang disampaikan Sudarman. Dia sudah tidak merasakan kerisauan lagi ketika lampu PLN padam, rumahnya tetap terang bahkan saat listrik mati, hanya rumahnya sendiri yang menyala.
Setelah ini disaksikan warga lain, maka mereka turut mengikuti langkah pria yang akrab disapa Darman ini. “Dulu bau busuk, sekarang sudah bau duit,” ucapnya.
Bagaimana tidak, kalau dulu kotoran itu menyebar bau busuk, sekarang dengan olahan reaktor biogas bukan saja dapat menghemat pengeluaran untuk membeli LPG baik itu untuk keperluan sehari-hari tetapi juga dapat mengembangkan bisnis UMKM, serta bisa menghasilkan duit dari jual pupuk yang saat ini dijual Rp1000 per jerigen. (*)